Memaknai Mental Health

Memperingati Hari Kesehatan Jiwa tahun ini rasanya adalah hal yang baru. Dua sampai tiga tahun lalu saya belum begitu paham secara betul mengenai apa itu kesehatan jiwa atau mental health, yang saya pahami, mental health sebatas menyediakan tempat untuk seseorang dapat bercerita mengenai permasalahan mereka. Namun seiring berjalannya waktu, banyak sekali orang-orang yang kemudian mengkampanyekan mengenai pentingnya menjaga kesehatan jiwa. Mulai dari berbagai istilah seputar mental health, layanan bercerita, sampai berbagai cara dan makna tentang kesehatan jiwa.

Rasanya memang cocok sekali kampanye mental health ini ada dikalangan generasi anak muda yang sebagian besar adalah Generasi Strawberry. Generasi yang kalau kata Prof.Rhenald Kasali mudah hancur dan sakit hati. Mudah kecewa, juga mudah galau. Hayo, kalian seperti itu juga tidak? hahaha. Mudah insecure, sampai overthinking, membuat menjaga kesehatan mental menjadi suatu hal yang penting sebelum nantinya semakin banyak kasus bunuh diri.

Memahami tentang kesehatan jiwa memang tidak mudah, terlebih bagi orang-orang yang terbiasa hidup keras. Pun sama dengan saya, saya dulu sangat sulit menerima adanya kampanye gerakan sehat mental, ah apa sih bikin jadi lemah aja karena harus menerima diri sendiri. Belum lagi kalau sudah ada postingan-postingan tentang Toxic Positivity, rasanya mending orang-orang nggak usah curhat dan cerita sama saya daripada nanti saya salah menanggapi. Dulu saya pikir, memahami mental health hanya akan membuat kita lemah dan pasrah akan keadaan. Karena bagi saya, yasudah tidak penting menerima diri sendiri atau mengasihani atau berterima kasih atau apalah itu selama masih bisa untuk terus berjuang, Toh hasil sesungguhnya dari perjuangan pasti akan lebih terasa daripada sekadar ucapan terima kasih ke diri sendiri yang ya.. bisa dibilang bulshit.

Namun ternyata selama ini memang kesalahan saya adalah belum memahami secara betul dan keseluruhan tentang kesehatan jiwa. Masih cetek ilmu saya.

Semakin saya memahami dan belajar tentang kesehatan jiwa, justru semakin saya merasa tenang dan mengerti apa yang harus saya lakukan kepada diri saya. Tentang pemaknaan penerimaan diri, kepuasan, self love, juga self healing dan bagaimana memperlakukan sesama. Mungkin memang sama-sama self love, tetapi self love cara saya dan teman-teman kebanyakan mungkin berbeda. Belum adanya mengenai pemahaman fundamental itulah yang terkadang membuat saya sering denial dengan pentingnya mental health.

Diakhir, saya hanya berpesan, bahwa kesehatan jiwa adalah tanggung jawab diri masing masing. Bukan seperti sakit fisik yang jika badan panas dapat disembuhkan dengan paracetamoll. Jiwa yang sakit, hanya orang itu yang tau bagaimana cara mengobatinya. Psikolog atau psikiater, bagi saya adalah sebuah perantara untuk menemukan obat penyembuhnya.

Selamat Hari Kesehatan Jiwa!

Tahun ini, saya merayakannya dengan mengikuti beberapa seminar tentang kesehatan jiwa, agar kemudian dapat dijadikan panduan untuk saya mengenal diri saya lebih dalam.

9 tanggapan untuk “Memaknai Mental Health”

  1. Pas tahun 2012 aku memutuskan utk ke psikiater masih di-judging bgt, dianggap aneh.. Senangnya skrg jadi hal yang lumrah!

    Disukai oleh 1 orang

    1. Iya kak beneeer banget, di judge aneh dgn segala perlakuan lainnya, kaya mengucilkan :” tp bersyukur bangett berkat campign yangg masiff, sekarang semua orang udah bisa mulai menerima kalau mental health itu penting dan ke psikolog itu wajar bangett :”

      Suka

  2. Yuhuu, lagi rame banget ini yang berproses menerima diri sendiri~

    Suka

    1. Beneeer kak wkwk menerima doi aja bisa masa menerima diri sendiri gabisa🤭

      Disukai oleh 1 orang

      1. Ihiiyy… yang jatuh cinta emang perspektifnya beda 🤭

        Disukai oleh 1 orang

  3. Ya.., logika orang kan sederhana kalo gak sehat ya sakit..
    Untuk urusan mental health juga, kebalikan dari sehat jiwa ya sakit jiwa.. dan kita tahu stigma orang tentang orang dengan gangguan jiwa itu seperti apa… 😦

    Disukai oleh 1 orang

    1. iyaaa,gambaran mereka sebagian besar pasti kalau sakit jiwa disamakan dgn org gila yg dipinggir jalan 😦 padahal kita lagi stress atay burnout aja juga termasuk sakit jiwa tp mungkin ringan :”

      Suka

  4. Entah kenapa senang sekali membaca tulisanmu ini, Zahra. Terima kasih atas pengingatnya!

    Disukai oleh 1 orang

    1. Kak bageuuuurr🥺🥺 Terima kasihh juga kak untuk konten² IGnya yang bikin aku mulai penasaran dan ingin mendalami lbh jauh lagi tentang mental health🥺🥺🤗

      Suka

Tinggalkan komentar