Sebagai seorang perempuan yang biasa mengerjakan apa-apa sendiri dan sudah merasa well untuk doing anything by my self. Saya sering mendeklarasikan diri saya sebagai seorang independen women (cielah). Rasanya seperti jadi wanita paling mandiri gitu yah haha
Tapi namanya juga manusia, makhluk sosial dan tidak bisa hidup sendiri. Ada masanya memang saya harus kembali ke teman-teman saya, mencari pundi-pundi kebahagiaan ketika akhirnya sepi dan sendiri menyisakan hampa.
Kalau kata vlognya Gita Savitri (https://www.youtube.com/watch?v=gCy5L1dVNxk ), independen itu ada berbagai jenisnya. Mulai dari independen finansial, dimana kita sudah mampu menghasilkan uang sendiri untuk kehidupan kita, sampai independen perasaan. Independen kebahagiaan. Artinya? Kita bisa bahagia tanpa orang lain. Jadi, jangan bilang diri kamu sebagai seorang yang independen kalau uang saku masih bergantung sama orang tua atau bahagia kamu masih tergantung seseorang ya. Hahaha. Independen nggak sebatas bisa melakukan apa-apa sendiri.
Disitulah poin yang menurut saya sulit. Independen perasaaan. Bagaimana bisa menjadikan suatu objek adalah sumber kebahagiaan, tetapi bukan satu-satunya. Bagaimana kemudian bisa mengontrol saat-saat kita harus mencintai diri sendiri agar rasa bahagia muncul meski sedang sendiri atau pun lingkungan tidak mendukung. Don’t put your happiness in other people’s hands. Ketika independen finansial dapat diraih dengan kerja keras, bagaimana dengan independen perasaan?
Bagi mereka yang kemudian sudah terbiasa menghadapai datang dan perginya seseorang, mungkin sudah mampu mengontrol perasaannya. Bagi mereka yang mungkin tidak selalu menggunakan perasaan, mungkin lebih mudah mengkondisikannya.
Saya sedang berusaha,
Pada titik dimana orang-orang yang saya cintai adalah alasan saya untuk bahagia
dan diri saya sendiri,
adalah sumber kebahagiaan terpenting di hidup saya.
Tinggalkan Balasan ke Bageur Al Ikhsan Batalkan balasan